photo from here |
Aku duduk
manis menahan ngilu di sendi tulang
Di sepanjang
jalan menuju Bakahuni
Masih diatas
kaleng besi tua,
Beradu gaduh,
terhempas gelombang
Kemudian,
Aku menerawang
jauh entah kemana
Membuang pandang
yang mungkin sampai ujung lengkung langit yang tak terlihat,
di sela kotak
kaca buram,
(masih diatas
kaleng besi tua menuju Bakahuni)
Buah pikir
dalam memori ku berhamburan
Rasanya,
seperti buih ombak yang mencium ujung kaleng besi tua ini
Aku teringat
setengah windu lalu
Bocah ingusan
berlari menangis menyusul asa
Di ranah
rantau, negeri orang
Sendiri
membawa badan, sedikit koin ayah dan doa bunda
Menahan
erangan sakit, entah di hatinya atau dipikirnya
Hebatnya selalu
ada pekikan tawa,
Selalu ada
gurauan penghibur,
Selalu ada
celaan tak bermuara,
Membaur dari
ratusan kata yang kemudian menjadi satu rasa,
Dan aku
menyebutnya jatuh cinta pada pandangan pertama
Ah! Aku hampir
saja lupa, ini sendi masih ngilu
Senandung
rindu tak bertepi ini seperti berhasil mengusapnya luput
Seolah hari
menjadi usang untuk kembali membungkus harapan baru
Setelah hari
itu,
Di malam awal
tahun yang tak terlalu pekat,
Kamu lupa
kalau aku menunggu ucapan cintamu
Kembang api pilu
seolah mewarnai malam perpisahan
Aku tak bisa
tenang,
Langkah kita,
apa akan kembali kesana?
Di Ranah
rantau sejuta rasa.
Dimana cinta
jadi buah termanis di bibir kamu dan aku
Bahagialah
dengan hidupmu yang baru,
Aku membayangi
terus sendu dan harumu
Karena kita mungkin
akan satu,
Entah kapan
dan dimana.
Atau mungkin
saja tidak bertemu lagi
Diatas kaleng
besi tua menuju Bakahuni ini
Mungkin akan
menjadi salah satu saksi
Kalau rindu
itu masih ku simpan dalam angan tanpa tepi
Diatas kaleng
besi tua menuju Bakahuni ini
Ah, sudahlah.
Kau sudah
menjadi milik orang lain.
2 komentar:
yah... ila... yah... udah jadi milik orang lain yah :'(
Bagus ila, ada beberapa part yang ngena juga hehe..
Posting Komentar