Selasa, 28 April 2015

Media Sosial

Ada banyak yang rasanya sulit diartikan dari fungsi media sosial. Kalau memang hanya sebatas untuk memperlihatkan apa yang meledak-ledak di titik masa itu saja, lalu apa sebenarnya esensi dari media sosial? Kalau memang hanya untuk menunjukan pada dunia sepintas kebahagiaan di waktu tertentu saja, lalu esensi media sosial itu sebenarnya apa?

Kalau memang media sosial sebagai media untuk mendekatkan yang jauh, saya setuju. Tapi nyatanya kebanyakan malah menjauhkan yang dekat. Seseorang akan merasa gila kalau tidak membawa gedget, termasuk saya, dan merutuk merasa manusia purba kenapa bisa sampai tidak 'bergedget'. Padahal seseorang tersebut bisa saja sedang bersama kawan yang biasa berkomunikasi melalui media sosialnya, seketika bertemu malah lebih asik dengan kawan lain yang ada di media sosialnya dan merasa mati kutu kalau tidak 'bergedget'.

Lalu, apa menurutmu sebenarnya media sosial itu fungsinya?

Kamis, 16 April 2015

Saya Juga Mau

Bekerja sama dan bekerja sama-sama seperti memiliki arti yang berbeda satu sama lain. Apalagi ditambah dengan segala keterbatasan yang sama sekali bukan kita yang berwenang di atas itu.

Alhamdulillah saya sudah mulai skripsi, bersama-sama orang dengan karakter yang luar biasa. Mahasiswa dengan tingkat kerajinan dan kapasitas otak yang luar biasa, IPK diatas 3,55 bahkan ada beberapa yang 3,6 keatas. Seharusnya saya malah bersyukur dengan keadaan yang memasangkan saya bersama mereka, harapannya bisa meningkatkan motivasi saya. Tapi nyatanya, saya malah baper.

Saya jelas orang yang sangat egois. Bagaimanapun keadaannya saya ingin kondisi dimana semua mendukung saya untuk mendapat apa yang saya inginkan. Dengan tujuan yang sama, dan kondisi yang beragam lah yang memaksa saya harus banyak mengalah untuk hal yang lebih baik diantara semuanya. Karena pasti ada beberapa diantara mereka yang sama seperti saya, keras dan egois, yaa walau tidak sekeras saya.

Banyak pertanyaan kenapa yang saya pikirkan. Kalau melihat satu kondisi seperti yang sekarang saya pilih, ini bisa jadi menguntungkan saya atau bisa juga menguntungkan yang lain. Tapi yang jelas untung rugi itu hanya satu pihak yang merasa. Tidak ada dua pihak yang sama-sama dirasa untung. Lembutnya, pasti ada saja yang dikorbankan, walau sama-sama memiliki tujuan yang seragam.


Saya juga ingin cepat selesai.
Tapi harus bersabar.
Itu saja.

Minggu, 05 April 2015

1000 hari

Aku tidak banyak menuliskan hal buruk tentangmu. Entah mengapa menjadikannya abadi dalam tulisan hanya akan kembali melukaiku atau kembali membuka lebar luka yang sudah mengering.

Bersamamu memang tidak mudah; sulit dan kerasnya luar biasa. Aku bahkan hampir menyerah di bulan-bulan pertama dengan semua yang ada pada dirimu dan diriku sendiri, walau sampai akhirnya kita masih sepakat untuk tetap berjalan bersama.

Sudah lebih dari seribu hari, kedekatan kamu dan aku semakin terlihat luar dalam. Tidak pernah ada cemburu, tidak pernah ada prasangka akan khianat, tidak ada rasa apapun selain mencoba yakin dan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan kehendakNya. Sudah banyak pembicaraan masa depan terkait kamu dan aku. Sudah banyak pecahan yang kamu dan aku coba rangkai agar terasa lebih nyata dan indah. Sudah banyak waktu yang berlalu tidak begitu saja.

Sudah banyak hal yang bahkan aku butuhkan, Ia sediakan dengan adanya bantuan darimu. Satu yang belum juga kamu berikan padaku, kesediaanmu menemui kedua orang tuaku. Mengingat hari yang sudah banyak bersamamu, semua keluarga bukan tidak mungkin menunggu kamu datang memperkenalkan diri, "Aku pasti ke rumah, hanya saja belum waktunya". Selalu seperti itu jawabanmu dan aku masih menunggu waktu itu.
Sampai suatu ketika, kamu menyatakan bahwa dalam waktu dekat ini akan ke rumah. Aku? Entahlah, aku bahkan menahan haru luar biasa. Kalau aku harus memilih kata untuk menggambarkannya, aku menyerah, aku tidak tahu persis rasanya seperti apa. Hanya saja hatiku bergemuruh, senyumku berkembang seiring dengan rasa yang ku coba alirkan dalam genggaman tanganku padamu. Kamu tersenyum, lembut dan yakin. Aku melihat keseriusan dari tatapmu, yang kemudian hanya membuatku malu ditatap seperti itu.

Sayang, apa aku sudah siap?