Minggu, 15 Januari 2012

Aku Suka Anak Kecil

kiri-kanan
iput, melodi, dea, shella, risma

“Sok imut kamu, La, sok-sok main bareng sama anak kecil.”


Atau …
“Kamu nyuri anak dari panti mana, La?” terus senyum ngeledek.

Atau juga …
“Ehhh jangan mau deket-deket sama mba Ila, mba Ila tuh galak, judes.”


Kalimat diatas adalah komentar beberapa temen saya yang melihat saya main sama beberapa anak kecil deket kontrakan yang dijadikan markas besar satu angkatan kami, Teknik Lingkungan UNDIP 2011, dan kami menyebutnya dengan goa. Entah atas dasar apa sampai dipilih kata goa untuk nama markas besar kami tercinta ini. bahkan awalnya kami member nama gorong-gorong. Hahahaha aneh banget rasanya, kan, kalau tiba-tiba ada yang tanya, “Kamu mau kemana?” kemudian saya jawab, “ke gorong-gorong.” Orang yang gak tau kan pasti heran dan tanya-tanya, “ngapain toh dia ke gorong-gorong?” ckckck
Akhirnya dipilihlah kata Goa. Katanya, biar keren. -_-

Oke. Back to the topic..

Di postingan saya sebelumnya, saya sedikit menceritakan pengalaman berkesan saya apa. Dan saya menjawabnya ketika saya bermain bersama anak-anak kecil dekat Goa.

Kejadiannya Jumat lalu, sepulang beli eskrim, dan di jalan depan Goa banyak banget anak kecil. Saya bener-bener gak bisa tahan kalau lihat anak kecil kumpul dan main sambil lari-larian. Nikmatnya ketika berada di usia seperti mereka adalah belum ada waktu untuk memikirkan masalah hidupnya, semua masih digantungkan. Sinar matanya yang polos dan tawa mereka yang bikin saya makin gak tahan buat deketin mereka. Oke, akhirnya saya datang kearah mereka dengan tampak sok malaikat :)

“Halo, adek, tos dulu doonngg..”
Hahaha ini adalah kunci pertama yang paling saya andalkan ketika PDKT dengan anak kecil. Saya mikirnya anak kecil itu paling suka kalau diajak Tos (pada tau tos, kan?). Akhirnya kenalan, saya tanya namanya satu-satu.
“Namaku, Ila, kamu siapa?”
Untungnya mereka gak pemalu, eh, tapi ada satu sih yang pemalu.
 “Shella.”
shella
“Dea.”
“Risma.”
risma
“Melodi.”
melodi
Dan adek kecil yang namanya Dea ini yang panggil temen-temen yang lain buat tos dan kenalan,
“Elsen, sini, kenalan sama mbanya.”
Oke. Jadi nambah lagi.
“Agil.”
“Aldo.”
“Elsen.”

(yang lain saya gak dapet fotonya)

Dari kenalan ini, saya jadi tau kalau mereka semua masih duduk dikelas satu dan dua. Dea, Arin, dan Shella satu kelas, yaitu kelas 2 SD. Risma kelas 1 SD. Agil kelas 3. Elsen gak menyebutkan dia kelas berapa dan Melodi masih seumuran tiga tahun. Nah, Melodi ini yang jadi favorit. Anaknya lucu, cantik, dan menggemaskan. Membuat saya makin kangen adek-adek dirumah.

Dan sehabis kenalan, saya ajak mereka main petak umpet. Hahaha anak kecil banget, ya? Tapi mereka antusias banget, apalagi Dea. Dan emang sebenarnya Dea ini anak yang paling rame, paling energic, pintar dan gak pemalu. Siapa yang ngeliatnya pasti gemas banget deh, karena dia mau nyanyi dan nari depan orang banyak. Jarang banget lho ada anak kecil yang berani begitu. Ketika saya minta ia nyanyi, eh dia dengan sigap langsung mengusulkan lagu cherry bell (tolong koreksi penulisannya) yang judulnya saya gak tau, tapi liriknya, Tuhan, tolong aku. Ku tak dapak menahan rasa di dada bla blab la… nah, Dea tuh nyanyiin lagu ini dengan hafal plus tariannya juga hafal. WOW!

Hhmm balik lagi ke topic too..
Selama main petak umpet ini saya sering banget ‘jadi’. Entah emang saya payah main petak umpet atau dipayah-payahi anak kecil haahahaa tapi gak masalah. Saya sangat menikmati. Mereka kelihatannya seneng banget soalnya.
Ada satu waktu, ketika udah agak lama main petak umpet, Risma kepeleset waktu lari dan nagis gak berhenti. Lamaaa banget nangisnya. Bingung dong saya hahaha
“Kata mama kalau nangis tandanya gak jagoan lhoo..”
“Eh Risma, kan, cantik kalau nangis terus gak cantik lhooo…”
Haaaa cara menggoda anak kecil yang lagi nangis kayak begitu mana mempan, La. Haha emang iya gak mempan.
“Ayoo semuanya kita semangatin Risma aja, yuk, biar gak nangis lagi.”
“Mba, tepuk semangat aja.” Nah, ini inisiatif Dea lagi.
“Waah, ayo! Gimana coba ajarin aku. Ayo, Risma ikutin aku yuk, jangan nangis lagi, kan lagi seru main. Yuk.” Dan payahnya saya gak bisa-bisa. Hahaha padahal Cuma tinggal menepukan tangan sekali kemudian teriak HU, diulang dua kali, tepuk tangan tigak kali dan teriak HU lebih keras.
“Mbaaaa, yang terakhir tepuknya tiga kali baru teriak. Payah nih.” ckckc Shella yang bilang begini. Akhirnya saya alihkan dengan mengajarkan mereka tepuk pramuka. Aaahh apapun deh saya lakuin biar Risma gak nangis lagi. Untung temen-temen yang lain pada semangat juga meredakan tangisannya yang gak berhenti-berhenti.

Akhirnya Risma berhenti nangis dan sehabis main petak umpet kita main yang namanya kotak pos. Aturan untuk yang kalah ketika permainan kotak pos ini yang seru, yang kalah harus berani nyanyi atau nari, atau bahkan nyanyi sambal nari. Dan ketika permainan ini juga Dea yang lagi-lagi paling antusias buat nyanyi,
“Aku aja mba yang nyanyi. Lagu cherry bell.”
“Ah, ayo ayo semuanya ikutin Dea nyanyi,” saya mengajak anak lain untuk nyanyi, dan ternyata Shella juga hafal lagunya. Baiklah, ini efek masa kecil yang terenggut zaman kayaknya (hahaha bahasanya lebay). Ketika saya tanya mereka ada yang kenal trio kwek kwek, Cikita Meidi, Meisy, Joshua, (tolong koreksi tulisannya hahaha saya gak tau yang benar bagaimana) mereka semua geleng kepala. Yang mereka tau, Cherry bell, Sm*sh, dan band-band yang lagunya bukan untuk anak kecil. Astagfirullah.. (untung saya lahir gak di zaman seperti sekarang ini.)
Yaudah, deh, kami semua ikut nyanyi dan nari, termasuk saya. hahaha gak peduli orang yang lewat melihat saya bagaimana, (lagi-lagi) saya menikmati kok. Orang lain gak berhak merusak kenikmatan saya kan? Kalau yang orang lain yang melihat saya malah tertawa, toh itu juga hak mereka dengan apa yang mereka lihat :D

Bosen juga lama-lama main kotak pos, akhirnya kita main sakura-sakura. Hehe ini permainan menirukan benda-benda yang ada didekat kita, kayak bunga, pintu, telepon, atau kulkas. hhmmm terakhir kami main satu permainan lagi, apa ya nama permainannya, saya lupa, tapi yang jelas lagunya begini, ular naga panjangnya bukan kepalang blab la bla blaa…

Ah, ya, akhirnya  sekitar hampir dua jam saya sendirian sebagai orang yang paling tua, teman saya Iput namanya dan keponakan ibu yang jualan soto depan Goa, Nola, akhirnya tertarik untuk gabung. Hhaha *kemana aja buuuu?? Udah seru dari tadi :D
Tapi permainan makin seru. Gak kerasa bahkan sampai waktu asar. Dan mereka diminta pulang untuk mandi dan bersih-bersih sama ibu salah satu anak. oke, akhirnya saya menjanjikan untuk main lagi setelah mereka semua selesai mandi. Tapi sayangnya saya lupa kalau harus pergi sama temen-temen. Gak lama, sekitar lima belas menit berikutnya saya udah siap-siap mau pergi, dari depan Goa saya liat adek-adek lari kearah saya, semuannya udah pada wangi, cantik dan ganteng. Huhuhu sedih banget liat muka mereka kecewa ketika saya bilang kalau saya mau pergi.

 “Mba Ila mau kemana?”
“Aku lupa, sayang, kalau ada acara sama temen-temenku. Besok kita main lagi aja, ya..”
“Mba ila gak usah ikut aja. kita main lagi.”
“Yaaahh, tapi udah janji. Gimana dong?”
“Gak usah pergi aja, mba.”
“Yaudah kalau besok kita main lagi gimana? Kalian pulang sekolah jam berapa?”
“Jam 10, mba.” Semuanya serempak jawab.
“Yaudah, kalau besok aku gak ada apa-apa, kita main lagi yaa, sepulang kalian sekolah. Aku pergi dulu. Ok?”
“Oke, mba.”
“Tos dulu doonngggg…” akhirnya semua setuju untuk main lagi besok. Waktu saya naik motor, adek-adeknya pada ngejar motor saya. hahaha sesuatu banget.

Besoknya saya gak bisa tepat waktu datang buat main sama mereka. Sampai di Goa sekitar habis dzuhur. Waktu saya lewat depan warung punya rumahnya Dea, saya lihat dia dan melambaikan tangan.
“Mba Ila, tadi dicariin terus toohh sama anak-anaknya.” Ini pernyataan ibu soto depan Goa waktu saya pertama kali datang. Dan gak lama, adek-adeknya datang lagi, tapi Cuma lima orang, Dea, Melodi, Shella, Aldo, dan Risma. Mereka dari jauh manggil-manggil nama saya, dan berhamburan memeluk saya. semuanya memeluk saya. kayak udah lama banget gak ketemu. Padahal baru kemarin.
“Aku nungguin mba ila.”
“Iyaa, katanya kamu ke tempatku ya?”
“Iya, tapi mba ilanya belum datang.”

Sayangnya lagi, saya juga janjian dengan kaka tingkat untuk ketemuan. Kepontong lagi. Tapi saya sempat mengambil foto-foto mereka sebelum pergi.

Sepulang janjian, Risma melihat saya datang. gak lama setelahnya mereka menghampiri saya lagi bertiga tanpa Dea dan Aldo. Saya sempat bingung mau main apa, karena diluar gerimis. Akhirnya saya ajak main tebak matematika. Hahaha saya kasih perhitungan sederhana. Disini Risma kelihatan cekatan banget kalau menghitung.
“Nanti kalau main lagi, bawa buku ya. Kita mainnya sambil belajar. Gimana?” semuanya menganguk.

Haaaaa waktu udah sore banget dan hujannya makin deras. Jadi mereka bertiga diantar pulang satu-satu. Hari ini saya gak ketemu mereka.. :(

*

Gak ada yang lebih membahagiakan kayaknya selain ketika kita merasa diterima dan dibutuhkan olehorang lain, meskipun mereka masih anak kecil. Masalahnya gak banyak anak kecil yang mudah didekati. Gak mudah juga mendekati anak kecil. Kalau salah langkah bisa-bisa mereka malah takut terhadap kita yang mereka anggap orang asing. Menghadapi anak kecil harus sabar dan pintar-pintar mengakali semua cara supaya mereka tertarik dengan kita. Sekalinya mereka salah kemudian kita memarahinya, yang ada mereka hanya akan takut dan menjauhi kita. Pasti ada pernyataan, “gak mau main sama kaka itu, kakanya nakal.” Nah, lhoooo…
*

Saya suka sekali anak kecil :) :) :)

4 komentar:

Ninda mengatakan...

anak kecil memang lucu2 :)
asal gak nakal

ila mengatakan...

iya, mba, kalau yang nakal susah banget pdktnya.. :)

Suci Mine mengatakan...

setuju...
apalagi kalo cewek, rambutnya ikal di ikat dua, ih... gemes banget

ila mengatakan...

setujuuuuu :D