Bulan Ramadhan ini ada beberapa konsep acara TV yang (menurut saya) kurang pas. Entah bagaimana pikiran para konseptor dan tim kreatif acaranya yang tidak menyertakan ‘unsur’ Ramadhan di dalamnya. Mungkin cukup dengan berbagi hadiah, yaaa berati ada tanda beberapa diantaranya masih berpikiran untuk saling berbagi berkah. Tapi selebihnya? Oh, Ya Allah, saya khawatir.
Dan lagi, beberapa artis yang bekerja didalamnya beradu melakukan hal yang sangat diharapkannya dapat mengundang gelak tawa atau ‘kebahagiaan’. Cara yang paling saya tidak suka adalah saat mereka melakukan hal dan membenarkan konsep yang bisa berakibat fatal bagi orang lain, melakukan kekerasan (walaupun sangat ringan), mencelakakan orang lain, melakukan hal yang kurang pantas dilakukan pada tayangan televisi. Oke ambil salah satunya, konsep atau ide pelemparan tepung terigu ke muka.
Apa tidak ada sama sekali dalam pikirannya kalau tepung itu terhisap, kemudian masuk keparu-paru, mengendap, dan pada akhirnya mengganggu kesehatan jika hal ini dilakukan secara kontinu dalam kurun waktu sebulan?
Apa tidak ada sama sekali dalam pikirannya kalau tepung itu terhisap, kemudian masuk keparu-paru, mengendap, dan pada akhirnya mengganggu kesehatan jika hal ini dilakukan secara kontinu dalam kurun waktu sebulan?
Apa sama sekali tidak ada dalam pikiran mereka para artis yang katanya terkenal itu ketika melemparkan tepung ke muka dan kemudian masuk ke dalam mata?
Apa itu tidak cukup mengganggu?
Lalu bagaimana jika banyak anak kecil yang menonton dan ketika diluar pengawasan orang tuanya mereka melakukan hal yang pernah ia lihat di televisi yang dicontohkan oleh artis-artis terkenal itu?
Siapa yang akan tanggung jawab? Tim kreatif acaranya? Para artisnya?
Kemudian saya jadi bertanya, sebenarnya artis itu apa? Sedang apa? Apa mereka cukup pandai kalau melakukan hal tersebut adalah kurang baik?
Oh, Ya Allah, saya khawatir.
Mungkin beberapa orang menganggap ini hal sepele. Tapi tidak bagi saya. Dampaknya akan panjang kalau setiap hari mereka tetap melakukan hal yang sama dan kemudian ditayangkan terus di televisi.
Mungkin beberapa orang menganggap ini hal sepele. Tapi tidak bagi saya. Dampaknya akan panjang kalau setiap hari mereka tetap melakukan hal yang sama dan kemudian ditayangkan terus di televisi.
Menurut saya, tayangan yang berkualitas adalah sinetron P*T di SC*V. Dengan penayangan sinetron yang sarat makna akan kebaikan dan kehidupan, mereka mengajarkan bagian yang seringnya kita lupa. Dengan berbagai macam masalah yang dihadapi beberapa pemainnya, saya tidak memungkiri bahwa terkadang banyak orang yang sempat berada di posisi tersebut, dengan latar belakang yang berbeda pastinya. Dan makna dibalik beragam masalah tersebut mengajarkan banyak hal kepada kita.
Ada banyak konsep yang bisa dijadikan referensi untuk tidak menayangkan acara dengan konsep yang tidak pantas, salah satunya dengan pemilihan konsep yang sarat makna seperti yang dipilih SC*V.
Dengan begitu saya banyak berharap, beberapa orang yang bekerja untuk penayangan suatu acara menjadi lebih kreatif dan memantaskan tayangannya, memantaskan pematangan idenya, memantaskan makna yang terkandung dari acaranya. Dengan cara seperti apa atau kemasan seperti apa, yaa merekalah ahlinya.
Semoga lebih baik.
photo from here |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar