Kamis, 19 Agustus 2021

Saya Harus Terapi Psikologi (?) - part 2

 

Photo from here

Halo, Assalamualaykum,

Bismillahirrahmanirrahiim..

Setelah di part satu saya cerita bagaimana pengalaman hari melahirkan, selanjutnya saya akan cerita bagaimana saya melewati tahapan selanjutnya, Menyusui.

Saya merasa dari awal saya sudah tidak IMD dan merasa tidak bisa latch on dengan maksimal sehingga prosesnya tidak optimal. Padahal ASI saya mulai tidak terhingga beberapa hari setelah anak saya pulang ke rumah. Saya berjuang keras bagaimana harus latch on  sampai saya merasa kesal dan marah kepada anak saya karena tidak membuka mulutnya lebar-lebar.

Masa-masa yang sangat saya benci. Masa-masa yang bahkan sampai sekarang saya tidak pernah lagi melihat foto-foto anak saya diusia itu. Masa dimana saya merasa tidak di support secara mental oleh keluarga saya, padahal harapannya saya stay setelah lahir di rumah orang tua harapannya bisa di support secara mental. Sehingga saya bisa merasa lebih bahagia dalam proses dan peran yang baru ini. Nyatanya saya sering sekali menangis dan merasa semua orang hanya memperhatikan anak saya. Padahal yang lahir pun bukan hanya anak saya, tapi saya juga, saya terlahir menjadi ibu di hari yang sama dengan kelahiran anak saya.

Orang-orang menyebut apa yang saya rasakan dengan Baby Blues Syndrom. Tapi saya tidak peduli. Saya biarkan seolah-olah rasa ini normal dan dilain waktu pun pasti akan hilang dengan sendirinya.

Hari-hari saya merasa saya harus belajar ini dan itu, tapi nyatanya saya terlarut dalam ilmu yang saya paksakan. Menyusui, konselor ASI, botol ASI, pembiasaan siang dan malam, juga semua hal yang tidak ideal saya coba hindari. Saya hanya mengharapkan kesempurnaan dari proses ini dan lupa bagimana menjadi bahagia saat menjalankannya. Ini poinnya. Saya lupa bagaimana cara menikmati proses dan peran baru ini.

Sesaat setelah saya menikmati masa menyusui saya, tibalah masa MPASI. Dan disinilah semua hal menjadi pemicu emosi saya. Saya merasa gagal luar biasa. Saat anak benar-benar tidak mau makan apapun yang saya suguhkan. Tumbuh gigi, mengemut makan, melepeh, menyembur, GTM, sehat, kemudian sakit lagi, sehat, sakit lagi.

Di titik ini semua seperli melahirkan sesuatu yang baru lagi dalam diri saya dan inilah awal mula saya memutuskan untuk konsultasi psikologi.

Oke, lanjut next yaa..

Wassalamualaykum.


Tidak ada komentar: