Belakangan ini, saya mencoba sangat
berhati-hati terhadap apa yang ingin saya lakukan. Saya sempat berfikir sedikit
terhadap yang saya lakukan, apakah saya sudah mempertimbangkan hak orang lain
atau belum disana. Walau kadang memang masih sering terlewatkan sehingga kesan
egois dari diri saya masih begitu jelas terlihat.
Subjek – Objek.
Dua kata diatas ini harus menjadi
hal yang benar-benar dipertimbangkan dari apa yang akan saya lakukan. Saya melakukan
hal A, berlaku sebagai subjek, kemudian ada orang lain yang menjadi objek. Dan disaat
yang sama ketika saya melakukan hal A tersebut saya bisa menjadi objek terhadap
subjek tertentu. Oleh karena itu, kemudian saya dituntut harus benar-benar
hati-hati dan pandai melihat situasi dan kondisi ketika saya hendak
melakukannya. Apakah nanti akan merugikan pihak tertentu atau tidak?
Prolog diatas menjadi begitu
meresahkan saya dan menjadikannya pelajaran sebagai bahan instropeksi diri saya
secara pribadi.
Jadi ceritanya begini, minggu ini sebenarnya
akan ada kegiatan besar dan sangat penting menyangkut banyak pihak. Namun sayangnya,
saya selaku subjek (pelaksana) kegiatan ini melupakan objek lain dan subjek
lain yang diluar perkiraan, kemudian memberikan pembatalan pelaksanaan kegiatan
secara sepihak. Sementara akan terlalu banyak yang dirugikan atas kejadian yang
begitu menguras pemikiran dan perasaan ini. Semua persiapan menyangkut advokasi
dan teknis pun sebenarnya sudah rapi dan tinggal pelaksanaannya saja. Apalagi proses
untuk mencapai hasil yang memuaskan dari inti pokok kegiatan ini begitu lama
dan melelahkan.
Sampai saat ini, saya tidak mencoba
membela semua proses yang sudah saya lakukan adalah benar. Sekali lagi tidak. Karena
sayapun masih merasa banyak yang kurang pas dan masih saja terus dilakukan,
sedangkan dinamika objek dan subjek lain dari proses ini terus berubah. Saya pun
masih mencari cara bagaimana proses yang kemarin saya lakukan memiliki dasar
yang bisa diterima oleh semua pihak. Namun sayangnya, saya terlalu ceroboh
karena tidak mengkomunikasikan dengan baik demi terlaksanakannya kegiatan
penting ini. Saya terlalu fokus dengan subjek dan objek yang itu-itu saja dan
lalai dengan kemungkinan terburuk dari perbedaan sudut pandang yang belum
disamakan.
Saya memang kesal. Saya marah
mengapa saya bisa seceroboh ini. Saya sedih, benar-benar sedih. Bahkan disaat
seperti ini saya tidak tau lagi harus melakukan apa. Hanya merenung dan
meratapi nasib yang sudah tidak mungkin berubah. Saya hanya kemudian memohon
padaNya untuk tetap melapangkan hati saya atas kejadian ini dan memohon ampun
atas kesalahan yang tidak saya sadari selama menjalankan proses dalam mencapai
kegiatan besar itu. Semoga Allah akan terus menguatkan dan memberi jalan.
Ya Allah, Engkaulah Yang Maha segalanya, lapangkanlah hati hamba untuk
ikhlas atas pelajaran berharga ini dan limpahkanlah pertolonganMu untuk tetap bisa
menyelesaikan masalah ini dengan benar menurutMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar