photo from here |
“Rinai di senja menjingga
menggoda kering mengharumkan bebau tanah di siang terik sebelum saat ini. Tapi
saya suka. Suka sekali. Bebau tanah itu, seperti membangunkan petang untuk
segera menggoda wulan menggandeng gemintang genit di ujung sabitnya, seperti
biasa. Seperti malam sebelumnya. Meski nyata tidak nyata, tapi kamu begitu
hidup seperti malam siang yang belum enggan Tuhan hentikan.” –Short Story About
You, 06012012
Bukan kali
pertama saya dibuai kenangan yang nyatanya sempat hidup dengan harapan yang
mustahil tentang kamu. Yang nyatanya lagi, kali ini bahkan saya sangat
menikmatinya sembari tersenyum simpul untuk sekedar membaca memori tentang
‘kita’ kala itu.
Persis dua belas
bulan yang lalu, saya masih sangat takut untuk memandang kamu. Berkali-kali
mencuri bayangan dan senyummu dari jauh, kemudian menyimpannya dalam kotak
memori yang kamu tidak pernah tahu letaknya. Berpuluh-puluh kali, atau bahkan
saya tidak tahu persis berapa kali untuk mencoba menahan diri agar tidak banyak
bermimpi tentangmu. Kamu terlalu jauh untuk saya kala itu.
“Saya masih satu ruang dengan
kamu. Bicara dengan pandang tanpa jemu. Kamu menunduk dalam fokusmu.
Mengeryitkan keningmu. Dan saya masih tenang dari jauh sembari duduk tanpa
jemu. Ada sorot yang membeku. Mungkin saya malu. Pikir bahkan masih beradu.
Tapi menjadi satu dalam nian nan padu. Kamu juga tak tahu, Saya masih melagu
membujur kaku.” – Hey You!! , 24012012
Saya tidak
pernah bermaksud menarik perhatianmu dengan segala yang saya lakukan, dengan
segala kesenangan saya. saya hanya melakukan semuanya seperti biasa, hanya saja
saya melakukan usaha yang lebih keras untuk tidak terlarut dalam mimpi indah
tentangmu. Saya diam, menahan diri untuk tak banyak bercerita pada siapapun.
Saya diam, untuk terus menahan.
Dengan sangat tiba-tiba
kamu melemparkan beberapa pilihan terhadap saya dengan tersirat. Semua
benar-benar diluar prakira antara benar atau salah, ‘Apakah ini kamu?’. Kamu datang meracau tenang saya dengan
tingkahmu yang kian aneh setiap harinya. Dengan tetiba kamu yang lebih sering
menghiasi kotak pesan masuk di telepon selular saya dengan namamu.
“Karena
saya sudah tergambar jelas bagaimana akhirnya, namamu yang belakangan ini
sering menghiasi kotak masuk ponsel saya, membuat saya selalu menunggu
balasanmu, menggugah tenang saya, dan saat tiba waktunya sudah habis kamu pasti
akan kembali seperti semula. Tidak ada sapaan, tidak ada candaan, tidak ada
basa-basi ringan sekedar untuk saling membalas pesan singkat. Kamu pasti hanya
sedang bosan dan butuh teman mengobrol. Begitu, kan?” – Kamu Yang Datang
Tiba-tiba, Tidak Lama Akan Pergi Lagi, Kan? , 17022012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar