Sabtu, 06 September 2014

Inikah?

photo from here

Bukan saja tempat ini yang menjadi sangat menarik untukku meski kosong, untuk helakan nafas barang sejenak. Kursi jajar di sudut taman dengan penerangan lampu kuning diatasnya. Hilir angin mengibas pelan ujung pashminaku, tapi rasanya seperti dihantarkan bisikan yang coba ku tahan hampir delapan puluh enam hari belakangan ini. Bisikan namaku yang coba kamu panggil dengan lembut, mengisyaratkan kasih yang sesak karena dibuahi rindu didalamnya. Senyummu yang terkembang di sela saat kamu sebutkan namaku.


Andai saja sampai ruang yang sama di celah waktu. Aku hanya ingin melihatmu disampingku, duduk berhadapanku, bertukar cerita kesana-kemari sampai habis sesak rindu yang tertahan ini. Benar-benar habis. Walau setelahnya kembali menebar rindu karena lagi-lagi ruang yang terpisah, pada batas waktu yang tak pasti.

Malam semakin larut. Semakin meluas juga ayal yang ku buat-buat untuk meredakan sesak yang ku buat dengan nyata, tentang hilangnya kesempatan bertemu denganmu di beberapa kali waktu. Mendengarmu mengatakan tiga kata utama saat kali pertama berjuma, kamu apa kabar. Melihatmu tersenyum dengan uluran tangan untuk merengkuh tanganku. Melihatmu pancarkan berjuta rasa dari sikap lembutmu terhadapku. Aku merutuki diri sendiri kenapa kesempatan yang berharga itu lagi-lagi terbuang sia-sia, meleburkan asa dan melarutkannya kembali dalam rindu.

Sudahlah, semakin ku rutuki, semakin membuncah rasa inginku benar-benar berlari dari tempat ini dan menemukanmu sedang menungguku. Ah, sayang, aku rindu.  

Tidak ada komentar: