Rabu, 09 April 2014

Subjek - Objek

Belakangan ini, saya mencoba sangat berhati-hati terhadap apa yang ingin saya lakukan. Saya sempat berfikir sedikit terhadap yang saya lakukan, apakah saya sudah mempertimbangkan hak orang lain atau belum disana. Walau kadang memang masih sering terlewatkan sehingga kesan egois dari diri saya masih begitu jelas terlihat.

Subjek – Objek.
Dua kata diatas ini harus menjadi hal yang benar-benar dipertimbangkan dari apa yang akan saya lakukan. Saya melakukan hal A, berlaku sebagai subjek, kemudian ada orang lain yang menjadi objek. Dan disaat yang sama ketika saya melakukan hal A tersebut saya bisa menjadi objek terhadap subjek tertentu. Oleh karena itu, kemudian saya dituntut harus benar-benar hati-hati dan pandai melihat situasi dan kondisi ketika saya hendak melakukannya. Apakah nanti akan merugikan pihak tertentu atau tidak?


******


Prolog diatas menjadi begitu meresahkan saya dan menjadikannya pelajaran sebagai bahan instropeksi diri saya secara pribadi.

 Jadi ceritanya begini, minggu ini sebenarnya akan ada kegiatan besar dan sangat penting menyangkut banyak pihak. Namun sayangnya, saya selaku subjek (pelaksana) kegiatan ini melupakan objek lain dan subjek lain yang diluar perkiraan, kemudian memberikan pembatalan pelaksanaan kegiatan secara sepihak. Sementara akan terlalu banyak yang dirugikan atas kejadian yang begitu menguras pemikiran dan perasaan ini. Semua persiapan menyangkut advokasi dan teknis pun sebenarnya sudah rapi dan tinggal pelaksanaannya saja. Apalagi proses untuk mencapai hasil yang memuaskan dari inti pokok kegiatan ini begitu lama dan melelahkan.
Sampai saat ini, saya tidak mencoba membela semua proses yang sudah saya lakukan adalah benar. Sekali lagi tidak. Karena sayapun masih merasa banyak yang kurang pas dan masih saja terus dilakukan, sedangkan dinamika objek dan subjek lain dari proses ini terus berubah. Saya pun masih mencari cara bagaimana proses yang kemarin saya lakukan memiliki dasar yang bisa diterima oleh semua pihak. Namun sayangnya, saya terlalu ceroboh karena tidak mengkomunikasikan dengan baik demi terlaksanakannya kegiatan penting ini. Saya terlalu fokus dengan subjek dan objek yang itu-itu saja dan lalai dengan kemungkinan terburuk dari perbedaan sudut pandang yang belum disamakan.   

Saya memang kesal. Saya marah mengapa saya bisa seceroboh ini. Saya sedih, benar-benar sedih. Bahkan disaat seperti ini saya tidak tau lagi harus melakukan apa. Hanya merenung dan meratapi nasib yang sudah tidak mungkin berubah. Saya hanya kemudian memohon padaNya untuk tetap melapangkan hati saya atas kejadian ini dan memohon ampun atas kesalahan yang tidak saya sadari selama menjalankan proses dalam mencapai kegiatan besar itu. Semoga Allah akan terus menguatkan dan memberi jalan.



Ya Allah, Engkaulah Yang Maha segalanya, lapangkanlah hati hamba untuk ikhlas atas pelajaran berharga ini dan limpahkanlah pertolonganMu untuk tetap bisa menyelesaikan masalah ini dengan benar menurutMu.


Tidak ada komentar: