Minggu, 14 Agustus 2016

Satu dan Dua

pic from here

Satu 

Aku hanya tak bisa memahami, bagaimana bisa jalan yang sudah jauh ini harus berhenti karena waktu yang dirasa tak mau bersabar. Bayang-bayang cahaya hanya menyilaukan aku yang kemudian terpojokkan. Ada banyak hal yang ku tahu salah, tapi masih saja kulakukan. Ada banyak keriyaan dan kemunafikan yang ku tampakkan hingga hati tak bisa lagi bersabar kemudian berontak. Menjeritkan aku ingin segalanya tapi aku lupa, kalau aku tak pernah memberikan apa-apa.


***

Dua

Mereka mengerti bahwa kita mengada-ngada dalam bercinta.
Mencumbukan pahit hasrat dalam manisnya kata dan bualan.
Mereka mengerti bahwa jiwa tak lagi sepi, tapi merana habis bersama cacian dalam hati.
Mereka mengerti bahwa ruang kosong masih tetap kosong, seakan terisi pahadal sepi.

Aku juga mengerti bahwa kertas putih yang semana kau lihat, tidaklah putih yang kau lihat.
Kau juga mengerti bukan saja cinta yang habis kau setubuhi, tapi hina diri yang lupa bagaimana caranya berhenti.

Aku tidak cukup bodoh untuk menatap dengan pura-pura bahwa aku mendengar gaduh.
Sayangnya, masih saja ku diam tak berontak, meski tahu benar bagaimana caranya berteriak,
Ikut serta dalam ramai.


***




 - Pandeglang, 14 Agustus 2016

Tidak ada komentar: