Minggu, 27 September 2015

Ketika Hari Itu Datang

kamu - ayahku

Aku menuliskan ini secara sadar. Disaat pertama kalinya lagi aku merasakan langit mendung kemudian turun hujan begitu derasnya. Pandeglang, 27 September 2015.

Tulisan ini masih menyisakan getaran yang datang dari cerita beberapa hari belakangan ini. Siapapun tahu, bahkan semesta laman ini pun mengerti bahwa kamu adalah sebagian besar inti cerita dibalik kisah-kisah roman didalamnya. Kisah yang mulanya tidak bisa kusampirkan dengan jelas, kisah yang mulanya hanya ada aku dan kamu sampai pada akhirnya menjadi kita (meski belum sesempurna itu). Kisah yang mulanya menceritakan bagaimana aku menyimpan kekaguman tiada henti pada sosok yang selisih usianya bahkan jauh dibawahku. Kisah yang menyiratkan bagaimana aku menyimpan semua sisi romansa dalam bentuk yang sengaja ku fiksikan, agar tidak ada satupun tepat sangka atas rasa yang mulanya ku tutupi dengan rapat. Dan beragam kisah emosional yang sulit kuceritakan secara langsung padamu. Sampai hari ini. Kamu. Inti ceritaku.

Saya Sudah Kuliah 4 Tahun, Blog!


Sarah - Futry - Saya di hari kelulusan Futry.
Semarang, 7 September 2015.

Halo blog! Apa kabar? Begitu banyak kisah yang tidak sempat aku ceritakan padamu. Begitu banyak waktu yang ku lewatkan tanpa ku libatkan kamu didalamnya.

Tahun ini bagai tahun yang begitu luar biasa. Satu persatu kemudahanNya terlimpah secara cuma-cuma untukku. Sahabat, guru, dan segala macam hal rasanya Ia berikan untukku dan mengantarkan aku hingga menjadi seorang Sarjana Teknik. Kalau dikatakan apakah aku salah seorang mahasiswa super dengan IPK cumlaude? Tidak. Apakah aku salah satu seorang mahasiswa super rajin hingga bisa lulus tepat waktu? Tidak. Apakah aku seorang mahasiswa dengan kemampuan yang diatas rata-rata sehingga bisa menjadi satu-satunya lulusan yang tidak cumlaude? Tidak. Entah apa yang mengantarkan aku sampai sejauh ini. Aku hanya merasa Allah begitu luar biasanya memberikan langkah yang mudah, urusan yang senantiasa Ia perlancar, dan dorongan yang luar biasa melalui hamba-hambaNya yang memang lebih luar biasa daripada aku.


Sarah - Futry - Saya di hari kelulusan saya dan Sarah.
Semarang, 8 September 2015.

Aku pernah bercerita sebelumnya, ada dua orang terdekat selama masa kuliah. Dan keduanya inilah yang senantiasa mendorongku menjadi salah satu lulusan yang bisa dikatakan tidak ada apa-apanya ini. Mereka yang selalu mengingatkan aku tentang orang tua, masa depan, dan segala kemungkinan terbaik yang sebenarnya sama-sama belum pasti. Mereka hanya mengajarkanku bagaimana caranya tetap berusaha disegala situasi. Mereka yang mengajarkan aku bahwa semua harus dicoba terlebih dulu, hasilnya bagaimana yaa tinggal pasrah.  Segala bentuk kekuatan optimisme sebagian besar, bahkan hampir semuanya berasal dari dua anak ini.


Sarah Bonita dan Futry Tria Christy.


Aku dan kedua manusia yang kadang menyebalkan ini, seolah tersesat di satu universitas pilihan kedua, fakultas dan jurusan yang sama. Teknik Lingkungan – UNDIP. Hidup selama empat tahun di satu atap yang sama, setiap tahap yang kita lalui hampir selalu sama. Kuliah – kosan – kelas – kerja praktek – topik TA – laboratorium penelitian – lulus – (Insya Allah) wisuda, BERTIGA!
Yang kemudian sadar, kalau kami sama sekali tidak tesesat. Tapi ibi takdir. Semacam garis yang sudah Ia tentukan untuk kami, tentunya.

Ah! Kalau nanti sudah tidak dengan mereka ............ bagaimana ya?



“Semoga Allah senantiasa jadiin kalian orang yang tetep rendah hati dan menggantikan segala kekuatan yang kalian kasih buat gw dengan sesuatu yang jauh lebih besar. Semoga semakin didekatkan dengan segala hajatnya. Semoga JODOH semakin dekkaaaaaatttt. Aamiin.”